Pangkalan Lampam adalah nama dari suatu Desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Menurut cerita dari pemangku adat di Desa ini, Desa Pangkalan Lampam sebelumnya bernama Tanjung Raya. Tempat ini merupakan pelabuhan transportasi air. Zaman dahulu tempat ini ramai oleh pedagang-pedagang yang datang dari berbagai daerah lain, Boleh dikatakan Desa ini adalah pusat perdagangan tradisional, dan Desa ini juga di sebut ibu kota marga.
Di lihat dari silsilah keturunan penduduk Desa Pangkalan Lampam berasal dari suku Bugis ( orang yang pertama yang mendiami Desa ini bernama Kilip ), Tanda-tanda yang ada seperti makanan, masjid dan keramik-keramik tua yang ditemukan di dalam tanah, menunjukan bahwa desa ini cukup tua di banding desa-desa sekitarnya.
Perubahan nama dari asalnya ''Tanjung Raya'' menjadi Pangkalan Lampam menurut cerita ( pemangku adat ) karena zaman dahulu di Desa ini banyak sekali
ikan Lampam. Jika datang musin Ikan Lampam, ikan-ikan tersebut melompat kepinggir sungai sehingga orang-orang dengan mudah menangkap ikan-ikan tersebut. Musim ini datangnya sekali dalam setahun yaitu pada bulan September s.d bulan Desember. Dari peristiwa inilah orang-orang menyebut tempat ini Pangkalan Lampam ( Pangkalan tempat menangkap ikan Lampam ).
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Palembang hanya berbeda dalam pengucapan Fonem ''i'' bahasa ini lebih terlihat jelas pada kaum tua dalam berkomunikasi sehari-hari seperti kata : Gek doken = Gek dulu = Sebentar lagi, Denget lagi, Cindo dll. Namun desa-desa tetangga yang jaraknya tidak jauh dari desa Pangkalan Lampam sangat berbeda, pada umumnya mirip dengan Bahasa Malaysia.
Adat dan tradisipun berbeda dengan desa-desa sekitar. Di desa Pangkalan Lampam pemangku adat sangat di hormati. Semua permasalahan di selesaikan menurut keputusan atau ketua dari pemangku adat walaupun di desa ini ada kepala Desa.
Pemangku adat tidak di ambil dari keturunan, tetapi dari pandangan Masyarakat dan bukan pula dari hasil pemilihan seperti pemilihan kepala Desa, Maksudnya orang yang akan di angkat menjadi pemangku adat melalui seleksi mulai dari Figur, sampai dengan kemampuan dalam bidang keagamaan.
Masyarakat desa Pangkalan Lampam di kenal dengan sebutan WONG WARGO sebutan ini di berikan oleh penduduk desa sekitar Pangkalan Lampam, Yang artinya ORANG MARGA.
Adat Masyarakat Pangkalan Lampam memiliki kesamaan dengan adat Palembang seperti adat perkawinan. mulai dari proses melamar gadis. Yang disebut dengan NYULUK. sampai dengan acara pernikahan dan berakhir dengan PENGANTEN SANJO ( Ngale Turon ). Namun ada keunikan tersendiri yaitu kaum muda-mudi ( Bujang-gades ) bila terjadi kata sepakat dalam proses MELAMAR atau NYULUK, Bujang-Gades mulai bekerja yang disebut NYULANG KAYU ( Mengambil Kayu Bakar Untuk Keperluan Memasak dalam acara pernikahan ). Pekerjaan ini dikerjakan oleh bujang gadis, termasuk membuat kue-kue, memasak, mencuci piring, menghias rumah, sampai dengan selesai acara perpisahan, Peran orang tua hanya menjadi komando.
Selain memiliki tradisi yang unik, Pangkalan Lampam juga memiliki tempat wisata air, yang terkenal adalah BUNTIALO, tempat ini masih alami, turut memperindah pesona BUNTIALO adalah PULAU HANTU, PULAU TUAN PUTRI, PULAU RANGGA JAYA, TANJUNG EMBACANG, dan PULAU SALAK.Pada musim kemarau Pulau-pulau ini bisa di kunjungi dengan kendaraaan roda dua ( Motor ). Hampir setiap sore kaum remaja berdatangan ke tempat ini. Selain wisata air ada juga wisata PUNCAK BUKIT BATU yang berlokasi di Desa BUKIT BATU, Tempat ini berhubungan dengan legenda Si Pahit Lida.
Demikianlah segelintir tentang
Desa Pangkalan Lampam, Kami ucapkan Selamat datang di Desa Pangkalan Lampam Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Palembang Sumatera Selatan.